Assalaamu'alaikum sahabat netter..
Semoga kalian ada dalam kesemangatan, aamiin..
Banyak orang yang belum tahu apa yg dikatakan Ustadz Yusuf Mansur perihal MLM.
Baiklah,, dalam postingan kali ini saya me-review apa komentar Ustadz Yusuf M tentang MLM. silahkan simak..
hehe...
Seorang penulis buku, menulis buku. Diterbitkan oleh penerbit & dipasarkan melalui perdagangan yang dikenal umum : Toko Buku. Setelah buku itu diterbitkan, si penulis buku ini diberitahu, bahwa bukunya sudah ada di toko-toko buku. Utamanya di toko-toko buku besar. Maenlah dia ke toko buku besar di kotanya. Apa daya, “sistem” toko buku, tidak mngenali penulis buku. Ia hanya mengenali pembeli buku. Pembeli yang “dikenali” pun, hanya yang benar-benar beli & bayar. Yang hanya liat-liat, apalagi yang buka-buka plastik, malahan ditegor. Jika si toko buku tidak punya sistem Customer Service yang excellent, maka benar-benar hanya pembeli yang beli buku, yang niscaya bakal diwongke. Diwongke tuh maksudnya, diorangkan. Disenyumi, diterimakasihi, dilayani.
Semoga kalian ada dalam kesemangatan, aamiin..
Banyak orang yang belum tahu apa yg dikatakan Ustadz Yusuf Mansur perihal MLM.
Baiklah,, dalam postingan kali ini saya me-review apa komentar Ustadz Yusuf M tentang MLM. silahkan simak..
hehe...
Seorang penulis buku, menulis buku. Diterbitkan oleh penerbit & dipasarkan melalui perdagangan yang dikenal umum : Toko Buku. Setelah buku itu diterbitkan, si penulis buku ini diberitahu, bahwa bukunya sudah ada di toko-toko buku. Utamanya di toko-toko buku besar. Maenlah dia ke toko buku besar di kotanya. Apa daya, “sistem” toko buku, tidak mngenali penulis buku. Ia hanya mengenali pembeli buku. Pembeli yang “dikenali” pun, hanya yang benar-benar beli & bayar. Yang hanya liat-liat, apalagi yang buka-buka plastik, malahan ditegor. Jika si toko buku tidak punya sistem Customer Service yang excellent, maka benar-benar hanya pembeli yang beli buku, yang niscaya bakal diwongke. Diwongke tuh maksudnya, diorangkan. Disenyumi, diterimakasihi, dilayani.
Si penulis
melihat-lihat bukunya, membolak-balikin bukunya, senyumnya berkembang.
Alhamdulillaah, buku saya terbit, katanya dalam hati. Seorang pelayan
melihatnya. “Ga jadi beli Pak?” Kata pelayan itu, sambil berusaha senyum. Jawab
si penulis, “Oh engga. Saya yang nulis koq malahan.” Jawaban si pelayan,
“Ooooohhh… Bapak yang nulis…”. Segitu doang. Benar-benar
segitu doang. Ga lebih. Ga ada tawaran teh manis bagi penulis buku. Sebagai
ungkapan terima kasih, sebab dengan izin Allah, buku-buku penulis lah yang
membuat pelayan itu bisa kerja, toko bisa buka. Tapi itulah. Ga dikenal si
penulis itu, oleh sistem jual beli biasa. Apalagi satu toko yang merasa
diperlukan, bukan dia yang diperlukan.
Beruntung,
alhamdulillaah, mayoritas penulis buku, ikhlas. Mereka menulis untuk Allah. Dan
menulis untuk menulis. Tidak berharap lebih.
Episode berikutnya,
seorang pembeli. Ini seorang pembeli. Bukan lagi penulis. Ini pembeli. Ada
orang yang membeli buku si penulis tersebut. Dan ternyata bagus. Dia senang
bacanya. Bahkan dia referensikan kepada yang lain. Dia aja ketika beli, ga dpt
diskon. Kecuali “seadanya”. Apalagi ketika “mereferensikan”. Tambah ga bakal
dapat apa-apa dari transaksi itu. Memang penulis dapat royalti. Tapi itu dari
penerbit. Dari percetakannya. Bukan dari toko buku. Semakin banyak yang
terjual, akan semakin banyak royalti yg didapat. Tapi ini tetap ga akan
sebanding dengan “pendapatan” toko buku. Penulis biasanya dapat royalti 5-10%
dari harga buku kotor. Sedang toko buku, dapat 40-50%. Agen-agen kecil bisa dpt
20-30%. Suatu hari, ia bahkan bukan cuma mempromosikan. Tapi mengajak kawannya
ke toko buku besar. “Yuk, saya temenin beli buku saya…” Sampe di kasir, ia yang
nemani, ga beli, berdiri sejajar dengan kawannya yang pegang buku dan mau
bayar. Posisinya, jelas bukan ngantri. Si penulis buku ini, yang mempromosikan,
yang mereferensikan, bahkan nemani sampe ke kasir, malah ditegor kasir. Apa
kata kasir? “Pak, ngantri ya, maaf.” He he he, disangkanya, nyelang. Padahal
nemenin.
Begitulah. Sistem toko
biasa, seperti toko buku tidak mengenal “terima kasih”. Apalagi bagi-bagi bonus,
buat yang merefrensikan. Beda dengan MLM. Beda dengan Multi Level Marketing.
Beda konsep & prinsip. Dibanding penjualan retail, yang kadang dikuasai
grup besar. Dan dunia retail pun, sudah terkuasai pula oleh segelintir grup
besar saja. Pasar yang demikian banyak, besar, jadi sekedar pasar. Bukan
pelaku. Tidak diajak ikut mencicipi. Seperti kasus penulis dan pembeli yang
merefrensikan tadi.
Sayang, bnyk MLM
bodong. Yang memanfaatkan situasi & keadaan. Padahal sesungguhnya ia
MoneyGame. Gak lebih dari sekedar penipu. Kalo benar ia MLM murni, maka ia akan
menguntungkan, menyejahterakan, memberi manfaat, di semua jenjangnya. Ga ada
yang cuma jadi korban. Bahkan, ketika membernya hanya member, ia akan
mendapatkan banyak kemudahan mendapatkan produk. Dunia MLM banyak cacat dengan
kehadiran MLM money game. Tanpa ikhtiar, tanpa kerja. Hanya rayuan belaka.
Dari contoh hari ini,
andai buku tersebut di-MLM-kan, maka kisahnya ga akan jadi begitu. Tapi
syaratnya, ya MLM yg benar. Sebenarnya, MLM itu sederhana. Pay-out/rabat, yang
diberikan ke toko buku tersebut, misal 40-50% tadi, dijadikan sistem
berjenjang. Sekedar merefrensikan saja, apalagi bisa jadi stokis, jadi agen,
maka ia akan dapat bagian dari rabat yg tadinya “hanya” didapat oleh 1 toko saja.
Tentu ada pro kontra. Dan
itu ya wajar saja. Bukan saja awal Ramadhan & Lebaran, he he he. Di banyak
hal, banyak emang perbedaan. Karena itu, saya santai aja ketika memutuskan
mendirikan & mengembangkan MLM e-Miracle. Air Miracle. Air kesehatan. Ini
bukan miracle yang selebaran loh ya. Itu mah penipuan. Ini saya produksi air
kesehatan. Dengan izin Allah, jadi obat & menjaga kesehatan. Sistem
penjualannya, saya bikin berjenjang, dengan sistem MLM. Saya punya pandangan
& dasar prinsip yang berbeda. It’s not a moneygame.
Maka ketika pula saya
munculin MLM lain, yang bergerak di bidang payment, yakni VSI saya pun tetap pada pendirian saya. Sekarang,
dunia pembayaran2/payment, listrik, dll., dah keliatan, ditelen pula oleh grup
retail besar. Ga kebagian dah kita mah. Belum lama, ada seorang ustadz cerita.
Dia ngantri di loket kereta api. Bahkan di customer service. Ga dapat tiket.
Disarankan untuk beli di salah 1 toko ritel. Eh, hanya beberapa menit, dapet.
Langsung diprint. Luar biasa.
VSI, MLM yg bergerak di bidang payment. Semua orang bisa jadi agen pembayaran.
Hanya dengan gadget yang dia pegang & punya. Keuntungan yang saya dapat,
dari porsi persentasi yang didapat dari pembayaran-pembayaran tersebut, itu
yang saya MLM-kan. Jadi pendapatan berjenjang.
Baik e-Miracle, maupun VSI, bukan money game. Saya mencoba menjalankan MLM yg benar, yang lurus, yang
ga maen-maen & bercanda. Sekali lagi, kawan-kawan boleh berbeda pendapat.
Fastabiqul khairat saja.
Hasil dari MLM e-Miracle, saya wakafkan 100%. Dan saya pengen, semua menikmati potensi jualan air & macam-macam produk kesehatan nantinya. Saya malah berharap, air yang sudah dikuasai asing, bisa direbut kembali. Kalau besar, e-Miracle saya amanahin untuk take-over air asing. Balik lagi akhirnya soal niat & proses. Niat bener, proses bener, kenapa engga? Bener-bener, jangan ampe salah di niat proses. Kalo perlu, kecap, garam, cabe/bumbu2, beras, sayur, buah, di-MLM-kan. Supaya pasarnya ga dikuasai & dikendalikan segelintir orang. Kembali ke buku, sebagai contoh awal produk. Ssungguhnya, penulis, bersama pmbaca, bisa menikmati juga smua potensi ekonominya. Yang terjadi, bahkan di penjualan ritel, secara telanjang mata, dikuasi segelintir orang saja.
Hasil dari MLM e-Miracle, saya wakafkan 100%. Dan saya pengen, semua menikmati potensi jualan air & macam-macam produk kesehatan nantinya. Saya malah berharap, air yang sudah dikuasai asing, bisa direbut kembali. Kalau besar, e-Miracle saya amanahin untuk take-over air asing. Balik lagi akhirnya soal niat & proses. Niat bener, proses bener, kenapa engga? Bener-bener, jangan ampe salah di niat proses. Kalo perlu, kecap, garam, cabe/bumbu2, beras, sayur, buah, di-MLM-kan. Supaya pasarnya ga dikuasai & dikendalikan segelintir orang. Kembali ke buku, sebagai contoh awal produk. Ssungguhnya, penulis, bersama pmbaca, bisa menikmati juga smua potensi ekonominya. Yang terjadi, bahkan di penjualan ritel, secara telanjang mata, dikuasi segelintir orang saja.
Indonesia, jadi pekerja besar saja. Tidak ikut menikmati potensi keuntungan, dan potensi ekonomi. Bahkan tidak jarang, dunia retail, nginjek2 supplier. Apalagi bisnis-bisnis yang sekarang ini telanjang diliat oleh mata, dikuasai benar oleh segelintir saja. Bangsa Indonesia, jadi pekerja saja. Bikin dah dari hulu ke hilirnya. Mulai dari proses tanam, hingga jual, MLM punya. Allahu akbar dah kalo emang bener jadi. MLM yang baik, ga akan nambah beban ke pembeli. Yg di-pay-out-kan, memang keuntungan yang wajar. Seperti contoh buku tadi, bila dijadikan MLM.
Dunia MLM juga, dunia silaturahim, belajar, mengajar, saling membesarkan. Bukan antara penjual & pembeli, yang kering tanpa ruh. Selanjutnya MLM yang baik, coba untuk pelan-pelan bersyariah. Doain, ke depan e-Miracle & VSI, bersyariah total. Doain, doain, doain.
Udah, ngaji lagi dah…
Ramadhan… Ramadhan… He he…
Maaf buat yang kontra ya.
Boleh koq. Boleh banget. Yg ga boleh, ribut.
Salam,
Yusuf Mansur.
Berkunjung untuk menyimak,,
BalasHapusSekaligus untuk neginfokan Bawa link Blog sobat juga saya tambahkan,, silakan cek dihalaman tukar link.. atau dihalaman ini : http://www.edynlaskar.com/2012/01/pasang-banner-link-link-exchange.html
Terimakasi atas kerjasamanya..
Makasih banyak, Gan ats kunjungan & kerja samanya juga..
Hapusbarusan udah saya cek, alhamdulillah ada.. hehe
salam sukses..
Sama-sama,,, salam sukses juga,,,
HapusHanya menerusakan kultwit nya Ustadz YM tentang
BalasHapus#VSI Bukan money game. Silahkan disimak :
11. Lbh baik pelajari dulu, baru ambil kesimpulan. Jgn nyamain dg moneygame, apalagi MLM tipu2. Jgn kelewatan ah jd orang. Ga baik.
12. Di VSI, kalo pun ga nyari member, pake aja sendiri. Wong jualan loket token PLN, pulsa, &pembayaran2.
13. Angkanya pun wajar. 275rb saja. Bbrp bulan ke depan, naik. Kira2 300rb untuk gabung 1 titiknya.
14. Nyari member, gabung di vsi, ibarat buka loket2 di banyak tempat. Hanya tdk brbentuk fisik. Bentuknya software. Cukup pake gadget aja.
15. Mahasiswa mau jual pulsa di kampus, dulu ya hrs sewa kios, pasang meja, dll. Skrng ga perlu. Pake gadget di tangan saja.
16. Dia dah buka di kampus dia, mau buka di kampus lain, sewa lagi, pasang meja lagi. Dg vsi, ga usah. Ajak gabung aja kwn di kampus lain.
17. Liat iklan bank2. Bnyk yg tdk lg mengiklankan nyari nasabah/tambah saldo. Tp tingkatkan transaksi Anda.
18. Selain industri ritel, dunia perbankan pun mendorong sdr2 smua melakukan transaksi di bank mereka. Lah, emang ga nyium peluang?
19. Kalo saya, nyium banget. Koq mereka mau ya jd loket pembayaran? Koq mereka ngejar transaksi2 pembayaran listrik, pulsa, dll?
20. Itu tanda pasti ada bisnis super besar di balik bisnis transaksi2 pembayaran. Masa rela mereka doangan? Aplg per th, 350T.
21. Masa ga mau ikutan VSI? Fee mereka ya buat mereka sendiri, dg jaringannya. Kalo saya, saya bagi buat yg mau jd jaringan saya
22. Saya mikirnya merah putih aja. Bagi saya, MLM ga hrs selalu negatif. Yg negatif, yg tipu2. Yg ga jelas.
Gitu mas Bro…
PROMO DI BULAN FEBRUARI :
DAFTAR GRATIS MEMBER VSI& GRATIS WEB SUPPORT Superrr KErennnn..
Segera Kunjungi bisnisonlineVSI.net